PERKEMBANGAN LALAT MIKROFAGUS
Oleh : Preisy
Mongkol, Trifena Manaroinsong dan Stefanus Oroh
A. Sejarah awal penggunaan lalat dalam
penyiasatan jenayah
Di dalam sebuah buku bertajuk “The
Washing Away Of Wrongs”, telah dicatatkan bagaimana lalat telah digunakan
sebagai penunjuk untuk mengenalpasti seorang pembunuh. Kisah yang berlaku pada
kurun ke-13 ini mengisahkan bagaimana seorang penyiasat Sung Chi telah
ditugaskan untuk mencari pembunuh seorang pesawah padi yang telah ditemui mati
dibunuh menggunakan pisau sabit. Sung Chi telah mengumpulkan semua pesawah padi
di kampung tersebut dan meminta mereka semua memegang pisau sabit
masing-masing. Dalam masa yang singkat akhirnya Sung Chi telah dapat mengenalpasti
pembunuh tersebut. Pembunuh tersebut telah mengaku bahawa dialah pembunuh
sebenarnya. Dalam kes ini Sung Chi mendapati pisau sabit pembunuh tersebut
telah dihinggapi lalat walaupun pada mata kasar tiada kesan darah pada pisau
sabit tersebut. Hal ini kerana lalat mempunyai organ deria yang sangat sensitif
dengan bau darah.
B. Jenis-jenis lalat
Lalat merupakan salah satu insekta
(serangga) yang dikelaskan dalam ordo diphtera yang mempunyai sepasang sayap
berbentuk membran. Lalat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom:
Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Hexapoda
Ordo : Diptera
Family : Musca, Sarcopagidae, Challiporidae, dll
Genus : Musca, Stomoxys, Phenisia, Sarchopaga, Fannia, dll
Spesies ; Musca domestica,Stomoxy calcitrans, Phenia sp, Sarchopaga sp, Fannia sp, dll
Dalam bidang entomologi forensik yang bertujuan menentukan masa kematian antara lalat yang menjadi fokus utama adalah dari jenis Langau (Calliphoridae) dan Lalat Daging (Sarcopagidae).
Phylum : Arthropoda
Class : Hexapoda
Ordo : Diptera
Family : Musca, Sarcopagidae, Challiporidae, dll
Genus : Musca, Stomoxys, Phenisia, Sarchopaga, Fannia, dll
Spesies ; Musca domestica,Stomoxy calcitrans, Phenia sp, Sarchopaga sp, Fannia sp, dll
Dalam bidang entomologi forensik yang bertujuan menentukan masa kematian antara lalat yang menjadi fokus utama adalah dari jenis Langau (Calliphoridae) dan Lalat Daging (Sarcopagidae).
|
Langau (Calliphoridae)
|
Langau
Di Malaysia, lalat dari family Calliphoridae dikenali
sebagai langau. Langau betina dipercayai sebagai serangga terawal yang akan
bertelur pada badan manusia selepas berlakunya kematian. Langau (blow flies,
bottleflies) ini jarang memasuki rumah dan restoran. Kebiasaannya langau akan
bertelur pada bangkai binatang yang mula membusuk. Lalat dewasa jenis ini dapat
dikenalpasti kerana ia mempunyai toraks dan abdomen berwarna metalik seperti
warna hijau, biru dan hitam.
|
Lalat Daging (Sarchopagidae)
|
Lalat daging
Lalat daging (Flesh flies) adalah dari genus
Sarcophaga iaitu jenis lalat yang memakan daging. Ukuran lalat daging adalah
lebih kecil berbanding langau. Lalat daging dapat dikenalpasti kerana ia
mempunyai abdomen yang berjalur hitam dan kelabu. Lalat daging juga juga dapat
diklasifikasikan jenis bertelur dan jenis yang mengeluarkan larva.
Kitaran hidup lalat dan indikasi
kematian
Kitar hidup lalat ataupun metamorfosis bermula daripada
telur kemudian menjadi larva (instar pertama, instar kedua dan instar ketiga).
Daripada larva seterusnya menjadi pupa dan akhirnya menjadi lalat dewasa. Telur
lalat kebiasaannya ditemui pada bahagian rongga hidung, mulut, mata serta
bahagian luka yang terdedah. Telur lalat seterusnya akan menetas di antara 12
hingga 24 jam menjadi larva. Larva ini dikenali sebagai instar pertama bersaiz
kurang 2.5mm dan mempunyai tabiat pemakanan yang sangat aktif. Selepas 12 jam,
instar pertama akan menjadi instar kedua yang berukuran 8mm. Aktiviti pemakanan
instar kedua juga sangat aktif. Selepas 18 jam, instar kedua akan menjadi
instar ketiga bersaiz 15mm. Tujuh puluh dua jam kemudian larva instar ketiga
akan mengalami perubahan menjadi pupa. Pada masa ini instar ketiga mula
meninggalkan mayat dan bergerak ke tempat yang lebih kering. Pupa ialah
peringkat di mana larva lalat dibaluti dengan kulit kitin yang keras. Larva
akan berada pada keadaan pupa selama 90 jam, bersifat dorman dan tiada aktiviti
pemakanan sepanjang proses ini. Selepas 90 jam lalat akan menetas dari keadaan
pupa dan menjadi lalat dewasa bersifat matang dari segi seksual dan berupaya
melahirkan generasi lalat yang seterusnya. Bagi lalat dewasa pula jangka
hayatnya adalah di antara 1 hingga 2 bulan. Secara amnya 9 hingga 14 hari
diperlukan untuk telur lalat menjadi lalat dewasa.
Dengan memahami metamorfosis lalat ini, seorang pakar
forensik ataupun ahli entomologi dapat menganggarkan masa kematian seseorang
berdasarkan spesis lalat dan peringkat metamorfosis yang ditemui pada mayat
tersebut. Ini kerana setiap peringkat metamorfosis berlaku mengikut aturan dan
mempunyai jangka masa yang tertentu.
Sebagai contoh, terdapat satu kes kematian di mana larva
pada peringkat instar ketiga spesis Chrysomya rufifacies (Family: Calliphoridae)
telah ditemui pada mayat. Berdasarkan kitar hidup atau metamorphosis lalat
tersebut, umur larva tersebut dianggarkan 5 hari. Berdasarkan umur larva yang
ditemui itu dapat dibuat kesimpulan bahawa manusia tersebut telah mati
sekurang-kurangnya 5 hari yang lepas.
B. Pengertian Forensik Entomologi
Bidang
forensik, serangga digunakan untuk mengetahui lama waktu kematian suatu mayat.
Untuk mengetahuinya, digunakan 2 metode yaitu:
a. Using successional waves of
insects
Metode
ini adalah melihat lama waktu kematian dengan mengidentifikasi serangga yang
ada pada mayat tersebut. Hal ini dapat dilakukan karena ada jenis serangga yang
menyukai mayat yang masih baru, namun ada juga serangga yang menyukai mayat
yang sudah membusuk, salah satunya Piophilidae yang datang ke mayat setelah
terjadi proses fermentasi. Secara kronologis, jika ada mayat yang mati dan
masih baru, serangga yang menyukainya akan langsung menuju mayat tersebut,
melakukan reaksi enzimatis pada mayat tersebut (dapat berupa proses fermentasi)
dan apabila sudah selesai, maka gelombang serangga yang berikutnya akan datang,
dan melakukan reaksi enzimatis pula, begitu seterusnya.
b. Using
maggot age and development
Adanya
telur, larva, pupa, maupun imago pada mayat tersebut, dapat diketahui berapa
lama waktu meninggal pada mayat tersebut, karena pada serangga, tiap perubahan
dari satu fase ke fase lain mempunyai waktu-waktu tertentu yang pasti, sehingga
dapat mengidentifikasi mayat dengan metode tersebut. Walau tetap terdapat
kemungkinan tidak akurat karena adanya berbagai faktor, salah satunya
perpindahan yang menyebabkan perbedaan suhu yang berimbas pada metabolisme
perkembangbiakan serangga tersebut.
Pembagian
serangga yang ditemukan pada entomology forensic:
a.
necrophages
b.
omnivores
c.
parasites and predators
d.
incidentals
Poin-poin
penting serangga yang datang ke mayat adalah serangga betina karena mayat
digunakan sebagi tempat untuk telur serangga. Di tiap daerah, serangga yang
digunakan sebagai sebagai entomology forensik dapat berbeda spesies, bergantung
pada karakternya, ketertarikan pada mayat baru, maupun pada mayat yang sudah
membusuk. Serangga pada entomology forensik ini digunakan untuk mengetahui lama
waktu kematian si mayat.
C. Langkah- langkah
Forensik Entomologi
1.
Saat menghembuskan nafas terakhir
Memastikan waktu kematian tanpa ada saksi tentu sangat sulit,
paling tidak memperkirakan dengan melihat keadaan mayat. Misal kekakuan mayat,
lebam pada mayat dan lain-lain. Belatung dapat memberikan kontribusi untuk
perkiraan waktu kematian. Caranya memeriksa alat pernafasan belatung, sebab
alat pernafasan ini terus mengalami perubahan sejalan dengan waktu. Tentu saja
yang bisa mengetahuinya adalah para ahli forensik.
2.
Perpindahan mayat
Belatung dapat membantu menentukan apakah lokasi ditemukannya
mayat sama dengan lokasi kematian. Caranya mencocokkan jenis belatung atau
serangga lain yang ditemukan di tubuh mayat dengan tipe lalat atau serangga
lain yang hidup di sekitar lokasi ditemukannya mayat.
3.
Identitas mayat
Seringkali ditemukan tubuh mayat sudah tak berbentuk, sulit
dikenal atau tanpa petunjuk identitas yang jelas. Sebagai contoh, mayat yang
harus digali dari kuburan untuk sebuah visum. Untuk memastikan identitas mayat
tersebut, belatung sangat berperan. Caranya : karena kebisaan belatung yang
mencerna jaringan tubuh mayat, maka saluran cerna belatung diperiksa melalui
tes DNA untuk proses identifikasi. Selain itu belatung juga memakan cairan
sperma atau cairan vagina, sehingga selain identifikasi korban belatung dapat
juga digunakan untuk mencari identitas pelaku dalam kasus kekerasan seksual.
4.
Mencari Penyebab Kematian
Untuk yang satu ini, belatung benar-benar unjuk gigi, sebab
mengungkap misteri penyebab kematian bukanlah hal yang mudah. Caranya bagian
tubuh mayat yang menjadi tempat paling favorit berkumpulnya belatung merupakan
sebuah petunjuk penting. Belatung umumnya paling menyukai hidup dibagian mata,
hidung, telinga, mulut. Intinya bagian berlobang dari tubuh, karena belatung
suka kegelapan di lobang.
D. Proses Terjadinya Pembusukan
1. Suhu Tubuh
Cara yang paling umum bagi seorang Ahli Forensik ketika
datang ke TKP adalah mengukur suhu tubuh mayat korban, patut diketahui hal yang
dapat diukur pada awal kematian adalah suhu tubuh (mayat) korban mulai menurun,
Suhu tubuh manusia normal adalah 36 derajat C, suhu tubuh menurun 1 derajat per
jam, namun sangat dipengaruhi oleh besar badan korban, tebal pakaian korban,
dan udara disekitar korban. Dalam 12 jam kedepan suhu tubuh mayat sudah
berkurang setengahnya. Namun apabila korban tenggelam di air suhu tubuh akan
turun lebih cepat.
2. Kaku Mayat
Kaku Mayat disebut juga Rigor Mortis
dalam bahasa latinnya, hal ini terjadi karena efek kimia dalam tubuh dari asam
menuju basa, biasanya sekira 2 jam setelah waktu kematian. Otot manusia yang
lemas menjadi keras dan kenyal, proses kekakuan ini dimulai dari kelopak mata
kemudian otot muka dan rahang, kemudian kebagian tangan dan terakhir kaki. Rigor Mortis merupakan proses yang
berkelanjutan dan setelah 12 jam mayat berubah menjadi kaku seperti balok kayu.
Mayat akan tetap dalam kondisi ini selama 12 sampai 48 jam sampai kimia tubuh
berubah kembali menjadi asam dan tubuh kembali menjadi lemas. Kejang otot
ternyata dapat juga terjadi pada kematian tiba – tiba, memang cirinya hampir
sama dengan Rigor Mortis namun hanya bertahan
beberapa jam. Sering terjadi pada saat kematian, korban memegang sesuatu, hal
itu akan berlangsung beberapa jam. Apabila penyidik beruntung, pegangan erat
korban terhadap tersangka pada saat menjelang kematian menyisakan rambut, kulit
atau bahan pakaian tersangka, hal ini bisa dikembangkan di laboratorium
forensik untuk mencari TSK nya.
3. Lebam Mayat
Lebam mayat atau bahasa latinnya disebut Livor Mortis, terjadi ketika
jantung berhenti berdetak dan darah berhenti bersirkulasi, sel darah merah
turun ke bawah pada bagian tubuh yang bersentuhan dengan tanah karena kekuatan
gravitasi. Hal inilah yang menyebabkan lebam pada mayat sekira 2 jam setelah
kematian, ini disebabkan karena tubuh tidak bergerak, terjadinya warna pada
kulit karena sel darah merah pecah dan terpisah dan masuk ke dalam serat otot.
lain halnya dengan kasus keracunan, korban yang mati karena gas karbon
monoksida akan terlihat merah terang pada bagian bawah tubuh, sedangkan kalau
teracuni cyanida akan terlihat warna pink
4. Menentukan Waktu Kematian yang sudah lama
terjadi
Pada kasus mayat yang ditemukan setelah beberapa waktu,
kerusakan yang terjadi pada mayat akan menjadi indikator lamanya peristiwa
kematian telah terjadi. Pada umumnya bakteri bekerja merusak darah menghasilkan
noda berwarna hijau setelah 2 hari, setelah 2 hari noda hijau itu menyebar ke tangan,
kaki, leher dan tubuh mulai membengkak dan setelah seminggu kulit sudah mulai
melepuh. Pada cuaca panas atau tropis banyaknya serangga menentukan waktu
rusaknya mayat, lalat hitam dan lalat hijau biasanya menaruh telur mereka pada
daging yang masih segar, dan telur menetas antara 8 hingga 14 jam kemudian
tergantung suhu disekitarnya. Belatung berkembang dalam 3 tahap, selalu
berganti kulit hingga berkembang sempurna menjadi lalat setelah 10 sampai 12
hari. Setelah itu lalat meninggalkan mayat itu untuk melanjutkan
perkembangbiakan ditempat lain. Lalat mempunyai siklus yang selalu sama
sehingga para ahli Forensik bisa menduga waktu kematian walaupun mayat baru
ditemukan setelah beberapa hari.
5.
Penganggaran waktu kematian
Banyak kajian telah membuktikan bahawa lalat adalah serangga
pertama yang sampai kepada mayat untuk tujuan pengovipositan. Lalat dikatakan
mempunyai organ deria yang amat sensitif dengan bau autolisis sel-sel badan dan
amat peka terhadap penurunan suhu badan orang yang baru mati. Lalat betina akan
meletakkan telurnya dalam longgokan (lebih kurang 300 biji telur) pada bahagian
lubang hidung, orbit mata, rongga mulut, bahagian genitalia (jika bahagian
tersebut terdedah tanpa pakaian). ataupun luka-luka yangbberdarah. Kitar hayat
lalat bermula dengan telur, larva, kemudian pupa dan seterusnya menjadi dewasa.
Jenis kitar hayat ini deikenali sebagai holometabolus atau metamorfosis
lengkap. Telur lalat akan menetas dalam jangka masa antara 12-24 jam. Larva
lalat yang baru menetas daripada telur dikenal sebagai instar pertama. Larva
ini bersaiz kecil (kurang 2.5mm) dan aktiviti pemakanannya sangat aktif.
Selepas 12 jam, larva instar pertama akan menyalin kulitnya (ekdisis) dan
menjadi larva instar kedua yang bersaiz 8 mm. Larva ini meneruskan proses
tumbesaran dengan pemakanan yang aktif dan selepas 18 jam, larva instar kedua
akan menjadi instar ketiga yang bersaiz 15 mm.
Selepas
72 jam, larva instar ketiga akana mengalamai transformasi kepada peringkat
pupa. Pupa ialah satu peringkat yang larva lalat dibaluti dengan kulit kitin
yang keras dan larva tersebut adalaha pegun dan tidak menjalankan sebarang
aktiviti pemakanan. Selepas 90 jam, lalat dewasa akan menetas daripada pupa.
Lalat dewasa merupakan peringkat yang matang dari segi seksualnya dan berupaya
untuk melahirkan generasi seterusnya.
Biasanya, jangka hayat seekot lalat dewasa islah selama satu
bulan hingga dua bula. Secara amnya, kitar hayat keseluruhan untuk telur lalat
menjadi lalat dewasa ialah selama 9-14 hari, bergantung peada suhu dan jenis
spesiesnya. Hal ini demikian kerana suhu memainkan peranan yang penting dalam
kadar perkembangan lalat. Jika suhu persekitarannya tinggi, maka kadar
perkembangan lalat akan menjadi lebih cepat dan sebaliknya. Spesies lalat yang
berlainan juga mempunyai kitar hayat yang agak berbeza, disebabkan oleh unsure
genetic dan cirri-ciri biologi yang berbeza antara satu sama lain. Contohnya,
lalat daging (famili Sarcophagidae), kebanyakan lalat betina ini bersifat
larviparus, iaitu melahirkan larva secara hidup tanpa melalui peringkat telur,
maka tempoh kitar hayatnya lebih singkat berbanding dengan lalat langau dalam
famili Calliphoridae yang bersifat oviparous (melahirkan telur).
http://riaris.blogspot.com/2012/01/entomologi-forensik.html