Kamis, 06 November 2014

PERKEMBANGAN LALAT MIKROFAGUS



PERKEMBANGAN LALAT MIKROFAGUS
        Oleh :  Preisy Mongkol, Trifena Manaroinsong dan Stefanus Oroh

A.    Sejarah awal penggunaan lalat dalam penyiasatan jenayah
Di dalam sebuah buku bertajuk “The Washing Away Of Wrongs”, telah dicatatkan bagaimana lalat telah digunakan sebagai penunjuk untuk mengenalpasti seorang pembunuh. Kisah yang berlaku pada kurun ke-13 ini mengisahkan bagaimana seorang penyiasat Sung Chi telah ditugaskan untuk mencari pembunuh seorang pesawah padi yang telah ditemui mati dibunuh menggunakan pisau sabit. Sung Chi telah mengumpulkan semua pesawah padi di kampung tersebut dan meminta mereka semua memegang pisau sabit masing-masing. Dalam masa yang singkat akhirnya Sung Chi telah dapat mengenalpasti pembunuh tersebut. Pembunuh tersebut telah mengaku bahawa dialah pembunuh sebenarnya. Dalam kes ini Sung Chi mendapati pisau sabit pembunuh tersebut telah dihinggapi lalat walaupun pada mata kasar tiada kesan darah pada pisau sabit tersebut. Hal ini kerana lalat mempunyai organ deria yang sangat sensitif dengan bau darah.
B.     Jenis-jenis lalat
Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang dikelaskan dalam ordo diphtera yang mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Lalat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Hexapoda
Ordo : Diptera
Family : Musca, Sarcopagidae, Challiporidae, dll
Genus : Musca, Stomoxys, Phenisia, Sarchopaga, Fannia, dll
Spesies ; Musca domestica,Stomoxy calcitrans, Phenia sp, Sarchopaga sp, Fannia sp, dll
Dalam bidang entomologi forensik yang bertujuan menentukan masa kematian antara lalat yang menjadi fokus utama adalah dari jenis Langau (Calliphoridae) dan Lalat Daging (Sarcopagidae).
Description: http://www.myhealth.gov.my/images/forensik/langau.jpg

Langau (Calliphoridae)
Langau
Di Malaysia, lalat dari family Calliphoridae dikenali sebagai langau. Langau betina dipercayai sebagai serangga terawal yang akan bertelur pada badan manusia selepas berlakunya kematian. Langau (blow flies, bottleflies) ini jarang memasuki rumah dan restoran. Kebiasaannya langau akan bertelur pada bangkai binatang yang mula membusuk. Lalat dewasa jenis ini dapat dikenalpasti kerana ia mempunyai toraks dan abdomen berwarna metalik seperti warna hijau, biru dan hitam.
Description: http://www.myhealth.gov.my/images/forensik/lalat_daging.jpg

Lalat Daging (Sarchopagidae)
Lalat daging
Lalat daging (Flesh flies) adalah dari genus Sarcophaga iaitu jenis lalat yang memakan daging. Ukuran lalat daging adalah lebih kecil berbanding langau. Lalat daging dapat dikenalpasti kerana ia mempunyai abdomen yang berjalur hitam dan kelabu. Lalat daging juga juga dapat diklasifikasikan jenis bertelur dan jenis yang mengeluarkan larva.
Kitaran hidup lalat dan indikasi kematian
Kitar hidup lalat ataupun metamorfosis bermula daripada telur kemudian menjadi larva (instar pertama, instar kedua dan instar ketiga). Daripada larva seterusnya menjadi pupa dan akhirnya menjadi lalat dewasa. Telur lalat kebiasaannya ditemui pada bahagian rongga hidung, mulut, mata serta bahagian luka yang terdedah. Telur lalat seterusnya akan menetas di antara 12 hingga 24 jam menjadi larva. Larva ini dikenali sebagai instar pertama bersaiz kurang 2.5mm dan mempunyai tabiat pemakanan yang sangat aktif. Selepas 12 jam, instar pertama akan menjadi instar kedua yang berukuran 8mm. Aktiviti pemakanan instar kedua juga sangat aktif. Selepas 18 jam, instar kedua akan menjadi instar ketiga bersaiz 15mm. Tujuh puluh dua jam kemudian larva instar ketiga akan mengalami perubahan menjadi pupa. Pada masa ini instar ketiga mula meninggalkan mayat dan bergerak ke tempat yang lebih kering. Pupa ialah peringkat di mana larva lalat dibaluti dengan kulit kitin yang keras. Larva akan berada pada keadaan pupa selama 90 jam, bersifat dorman dan tiada aktiviti pemakanan sepanjang proses ini. Selepas 90 jam lalat akan menetas dari keadaan pupa dan menjadi lalat dewasa bersifat matang dari segi seksual dan berupaya melahirkan generasi lalat yang seterusnya. Bagi lalat dewasa pula jangka hayatnya adalah di antara 1 hingga 2 bulan. Secara amnya 9 hingga 14 hari diperlukan untuk telur lalat menjadi lalat dewasa.

Description: http://www.myhealth.gov.my/images/forensik/kitar-hidup-lalat.jpg
Kitar hidup lalat secara umum. (www.trutv.com)
Dengan memahami metamorfosis lalat ini, seorang pakar forensik ataupun ahli entomologi dapat menganggarkan masa kematian seseorang berdasarkan spesis lalat dan peringkat metamorfosis yang ditemui pada mayat tersebut. Ini kerana setiap peringkat metamorfosis berlaku mengikut aturan dan mempunyai jangka masa yang tertentu.
Sebagai contoh, terdapat satu kes kematian di mana larva pada peringkat instar ketiga spesis Chrysomya rufifacies (Family: Calliphoridae)  telah ditemui pada mayat. Berdasarkan kitar hidup atau metamorphosis lalat tersebut, umur larva tersebut dianggarkan 5 hari. Berdasarkan umur larva yang ditemui itu dapat dibuat kesimpulan bahawa manusia tersebut telah mati sekurang-kurangnya 5 hari yang lepas.
    
B.     Pengertian Forensik Entomologi
Bidang forensik, serangga digunakan untuk mengetahui lama waktu kematian suatu mayat. Untuk mengetahuinya, digunakan 2 metode yaitu:
a. Using successional waves of insects 
Metode ini adalah melihat lama waktu kematian dengan mengidentifikasi serangga yang ada pada mayat tersebut. Hal ini dapat dilakukan karena ada jenis serangga yang menyukai mayat yang masih baru, namun ada juga serangga yang menyukai mayat yang sudah membusuk, salah satunya Piophilidae yang datang ke mayat setelah terjadi proses fermentasi. Secara kronologis, jika ada mayat yang mati dan masih baru, serangga yang menyukainya akan langsung menuju mayat tersebut, melakukan reaksi enzimatis pada mayat tersebut (dapat berupa proses fermentasi) dan apabila sudah selesai, maka gelombang serangga yang berikutnya akan datang, dan melakukan reaksi enzimatis pula, begitu seterusnya.
b. Using maggot age and development
Adanya telur, larva, pupa, maupun imago pada mayat tersebut, dapat diketahui berapa lama waktu meninggal pada mayat tersebut, karena pada serangga, tiap perubahan dari satu fase ke fase lain mempunyai waktu-waktu tertentu yang pasti, sehingga dapat mengidentifikasi mayat dengan metode tersebut. Walau tetap terdapat kemungkinan tidak akurat karena adanya berbagai faktor, salah satunya perpindahan yang menyebabkan perbedaan suhu yang berimbas pada metabolisme perkembangbiakan serangga tersebut.
Pembagian serangga yang ditemukan pada entomology forensic:
a. necrophages
b. omnivores
c.  parasites and predators
d. incidentals
 Poin-poin penting serangga yang datang ke mayat adalah serangga betina karena mayat digunakan sebagi tempat untuk telur serangga. Di tiap daerah, serangga yang digunakan sebagai sebagai entomology forensik dapat berbeda spesies, bergantung pada karakternya, ketertarikan pada mayat baru, maupun pada mayat yang sudah membusuk. Serangga pada entomology forensik ini digunakan untuk mengetahui lama waktu kematian si mayat.
C. Langkah- langkah Forensik Entomologi
1. Saat menghembuskan nafas terakhir
Memastikan waktu kematian tanpa ada saksi tentu sangat sulit, paling tidak memperkirakan dengan melihat keadaan mayat. Misal kekakuan mayat, lebam pada mayat dan lain-lain. Belatung dapat memberikan kontribusi untuk perkiraan waktu kematian. Caranya memeriksa alat pernafasan belatung, sebab alat pernafasan ini terus mengalami perubahan sejalan dengan waktu. Tentu saja yang bisa mengetahuinya adalah para ahli forensik.
2. Perpindahan mayat
Belatung dapat membantu menentukan apakah lokasi ditemukannya mayat sama dengan lokasi kematian. Caranya mencocokkan jenis belatung atau serangga lain yang ditemukan di tubuh mayat dengan tipe lalat atau serangga lain yang hidup di sekitar lokasi ditemukannya mayat.


3. Identitas mayat
Seringkali ditemukan tubuh mayat sudah tak berbentuk, sulit dikenal atau tanpa petunjuk identitas yang jelas. Sebagai contoh, mayat yang harus digali dari kuburan untuk sebuah visum. Untuk memastikan identitas mayat tersebut, belatung sangat berperan. Caranya : karena kebisaan belatung yang mencerna jaringan tubuh mayat, maka saluran cerna belatung diperiksa melalui tes DNA untuk proses identifikasi. Selain itu belatung juga memakan cairan sperma atau cairan vagina, sehingga selain identifikasi korban belatung dapat juga digunakan untuk mencari identitas pelaku dalam kasus kekerasan seksual.
4. Mencari Penyebab Kematian
Untuk yang satu ini, belatung benar-benar unjuk gigi, sebab mengungkap misteri penyebab kematian bukanlah hal yang mudah. Caranya bagian tubuh mayat yang menjadi tempat paling favorit berkumpulnya belatung merupakan sebuah petunjuk penting. Belatung umumnya paling menyukai hidup dibagian mata, hidung, telinga, mulut. Intinya bagian berlobang dari tubuh, karena belatung suka kegelapan di lobang.
D. Proses Terjadinya Pembusukan
1. Suhu Tubuh
Cara yang paling umum bagi seorang Ahli Forensik ketika datang ke TKP adalah mengukur suhu tubuh mayat korban, patut diketahui hal yang dapat diukur pada awal kematian adalah suhu tubuh (mayat) korban mulai menurun, Suhu tubuh manusia normal adalah 36 derajat C, suhu tubuh menurun 1 derajat per jam, namun sangat dipengaruhi oleh besar badan korban, tebal pakaian korban, dan udara disekitar korban. Dalam 12 jam kedepan suhu tubuh mayat sudah berkurang setengahnya. Namun apabila korban tenggelam di air suhu tubuh akan turun lebih cepat.
2. Kaku Mayat
Kaku Mayat disebut juga Rigor Mortis dalam bahasa latinnya, hal ini terjadi karena efek kimia dalam tubuh dari asam menuju basa, biasanya sekira 2 jam setelah waktu kematian. Otot manusia yang lemas menjadi keras dan kenyal, proses kekakuan ini dimulai dari kelopak mata kemudian otot muka dan rahang, kemudian kebagian tangan dan terakhir kaki. Rigor Mortis merupakan proses yang berkelanjutan dan setelah 12 jam mayat berubah menjadi kaku seperti balok kayu. Mayat akan tetap dalam kondisi ini selama 12 sampai 48 jam sampai kimia tubuh berubah kembali menjadi asam dan tubuh kembali menjadi lemas. Kejang otot ternyata dapat juga terjadi pada kematian tiba – tiba, memang cirinya hampir sama dengan Rigor Mortis namun hanya bertahan beberapa jam. Sering terjadi pada saat kematian, korban memegang sesuatu, hal itu akan berlangsung beberapa jam. Apabila penyidik beruntung, pegangan erat korban terhadap tersangka pada saat menjelang kematian menyisakan rambut, kulit atau bahan pakaian tersangka, hal ini bisa dikembangkan di laboratorium forensik untuk mencari TSK nya.
3. Lebam Mayat
Lebam mayat atau bahasa latinnya disebut Livor Mortis, terjadi ketika jantung berhenti berdetak dan darah berhenti bersirkulasi, sel darah merah turun ke bawah pada bagian tubuh yang bersentuhan dengan tanah karena kekuatan gravitasi. Hal inilah yang menyebabkan lebam pada mayat sekira 2 jam setelah kematian, ini disebabkan karena tubuh tidak bergerak, terjadinya warna pada kulit karena sel darah merah pecah dan terpisah dan masuk ke dalam serat otot. lain halnya dengan kasus keracunan, korban yang mati karena gas karbon monoksida akan terlihat merah terang pada bagian bawah tubuh, sedangkan kalau teracuni cyanida akan terlihat warna pink
4. Menentukan Waktu Kematian yang sudah lama terjadi
Pada kasus mayat yang ditemukan setelah beberapa waktu, kerusakan yang terjadi pada mayat akan menjadi indikator lamanya peristiwa kematian telah terjadi. Pada umumnya bakteri bekerja merusak darah menghasilkan noda berwarna hijau setelah 2 hari, setelah 2 hari noda hijau itu menyebar ke tangan, kaki, leher dan tubuh mulai membengkak dan setelah seminggu kulit sudah mulai melepuh. Pada cuaca panas atau tropis banyaknya serangga menentukan waktu rusaknya mayat, lalat hitam dan lalat hijau biasanya menaruh telur mereka pada daging yang masih segar, dan telur menetas antara 8 hingga 14 jam kemudian tergantung suhu disekitarnya. Belatung berkembang dalam 3 tahap, selalu berganti kulit hingga berkembang sempurna menjadi lalat setelah 10 sampai 12 hari. Setelah itu lalat meninggalkan mayat itu untuk melanjutkan perkembangbiakan  ditempat lain. Lalat mempunyai siklus yang selalu sama sehingga para ahli Forensik bisa menduga waktu kematian walaupun mayat baru ditemukan setelah beberapa hari.
5. Penganggaran waktu kematian
Banyak kajian telah membuktikan bahawa lalat adalah serangga pertama yang sampai kepada mayat untuk tujuan pengovipositan. Lalat dikatakan mempunyai organ deria yang amat sensitif dengan bau autolisis sel-sel badan dan amat peka terhadap penurunan suhu badan orang yang baru mati. Lalat betina akan meletakkan telurnya dalam longgokan (lebih kurang 300 biji telur) pada bahagian lubang hidung, orbit mata, rongga mulut, bahagian genitalia (jika bahagian tersebut terdedah tanpa pakaian). ataupun luka-luka yangbberdarah. Kitar hayat lalat bermula dengan telur, larva, kemudian pupa dan seterusnya menjadi dewasa. Jenis kitar hayat ini deikenali sebagai holometabolus atau metamorfosis lengkap. Telur lalat akan menetas dalam jangka masa antara 12-24 jam. Larva lalat yang baru menetas daripada telur dikenal sebagai instar pertama. Larva ini bersaiz kecil (kurang  2.5mm) dan aktiviti pemakanannya sangat aktif. Selepas 12 jam, larva instar pertama akan menyalin kulitnya (ekdisis) dan menjadi larva instar kedua yang bersaiz 8 mm. Larva ini meneruskan proses tumbesaran dengan pemakanan yang aktif dan selepas 18 jam, larva instar kedua akan menjadi instar ketiga yang bersaiz 15 mm.
Selepas 72 jam, larva instar ketiga akana mengalamai transformasi kepada peringkat pupa. Pupa ialah satu peringkat yang larva lalat dibaluti dengan kulit kitin yang keras dan larva tersebut adalaha pegun dan tidak menjalankan sebarang aktiviti pemakanan. Selepas 90 jam, lalat dewasa akan menetas daripada pupa. Lalat dewasa merupakan peringkat yang matang dari segi seksualnya dan berupaya untuk melahirkan generasi seterusnya.
Biasanya, jangka hayat seekot lalat dewasa islah selama satu bulan hingga dua bula. Secara amnya, kitar hayat keseluruhan untuk telur lalat menjadi lalat dewasa ialah selama 9-14 hari, bergantung peada suhu dan jenis spesiesnya. Hal ini demikian kerana suhu memainkan peranan yang penting dalam kadar perkembangan lalat. Jika suhu persekitarannya tinggi, maka kadar perkembangan lalat akan menjadi lebih cepat dan sebaliknya. Spesies lalat yang berlainan juga mempunyai kitar hayat yang agak berbeza, disebabkan oleh unsure genetic dan cirri-ciri biologi yang berbeza antara satu sama lain. Contohnya, lalat daging (famili Sarcophagidae), kebanyakan lalat betina ini bersifat larviparus, iaitu melahirkan larva secara hidup tanpa melalui peringkat telur, maka tempoh kitar hayatnya lebih singkat berbanding dengan lalat langau dalam famili Calliphoridae yang bersifat oviparous (melahirkan telur).
http://riaris.blogspot.com/2012/01/entomologi-forensik.html

pengertian myasis da penanggulangannya



PENGERTIAN MYASIS DAN PENANGGULANGANNYA
Oleh: Cindy Cicilia Bangunang & Elisa Sendi Korua


MIASIS
Penyakit myiasis itu adalah infestasi larva lalat yang menyerang jaringan hidup tuannya, baik itu jaringan hidup atau mati.selama penyerangan, larva ini juga memakan jaringan-jaringan sel. Penyerangan belatung ini disebabkan oleh belatung ordo Dipter sub-ordo Cyclorrapha yang berasal dari perkembangbiakan lalat botflies, blowflies, dan fleshflies.
           Salah satu penyebabnya sama seperti yang tadi dikatakan , tapi selain itu juga banyak faktor lain mengingat larva ini berukuran kecil setelah dikeluarkan oleh lalat pembawa. Namun faktor utama yaitu adanya LUKA yang bercampur bakteri
.
 Pengertian Miasis
Miasis adalah istilah yang digunakan untuk adanya infrksi pada organ atau jaringan tubuh manusia atau hewan oleh larva-larva lalat (maggot). Untuk suatu periode tertentu, larva-larva itu memakan jaringan yang hidup atau mati atau makanan yang sudah dicerna oleh inang. Miasis banyak ditemukan pada hewan, tetapi sangat jarang pada manusia. Investasi larva lalat pada manusia dapat terjadi apabila seseorang menelan buah atau makanan yang kebetulan mengandung telur atau larva lalat atau juga dapat terjadi pada orang-orang yang hidup didaerah kumuh dan kotor.
            Berbagai istilah miasis yang terjadi pada mamalia disesuaikan dengan lokasi tempat terjadinya infestasi larva lalat. Sebagai contoh, dalam tubuh hewan atau manusia dapat terjadi miasis lambung, miasi perut, miasis dubur, miasis saluran kencing, miasis telinga, miasis mata, miasis kulit, miasis hidung ( Hardwood & James, 1979).
            Biasanya larva menginfestasi organ atau jaringan tubuh hewan, tetapi sering terjadi larva-larva itu membuat liang dalam kulit sedemikian rupa dan larva-larva masuk kedalam liang tersebut. Bentuk miasis yang demikian disebut creeping myiasis atau “miasis penjilat” atau “perangkak”. Jika larva-larva yang menginfestasi organ atau jaringan tubuh mengisap darah, bentuk ini disebut sanguinivorous myiasis.
            Dari aspek paratisme miaasis dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu miasis fakultatif dan miasis obligat. Bentuk miasis yang terjadi secara tidak sengaja disebut accidental myasis atau miasis yang terjadi secara kebetulan. Bentuk miasis yan terjadi secara kebetulan dapat terjadi pada manusia bila mana seseorang secara tidak sengaja menelan atau memakan buah atau makanan yang didalamnya terdapat telur atau larva lalat. Dalam hal ini akan teradi miasis pencernaaan (entric myasis) yang dapat ditunjukkan dengan gejala kesakitan seperti muntah, mual, pusing, sakit perut, diare, dan lain-lain. Namun, dalam banyak kasus telur atau larva yang termakan manusia dapat mati selama proses pencernaan atau keluar melalui anus tanpa menyebabkan kesekitan.
            Miasis anus juga dapat terjadi  terutama pada anak-anak yang biasa bermain ditempat-tempat yang kotor dan tidak membersihkan diri atau mandi dengan baik. Larva-larva dapat masuk kedalam lubang anus dan menginfestasi organ tersebut. Bentu miasis ini banyak terdapat pada hewan ternak seperti sapi, domba, babi, dan ternak-ternak lain.



ETIOLOGI MIASIS
Miasis terbagi menjadi dua yaitu Miasis Fakultatif dan Miasis Obligat
1). Miasis Fakultatif
miasis fakultatif terjadi bila mana suatu spesies lalat yang biasanya bersifat saprofagus atau pemakan bangkai, dalam kondisi tertentu kemudian menginfestasi organ atau jaringan tubuh manusia atau hewan. Bentuk miasis ini biasanya terjadi pada hewan seperti miasis pasa bagian kantung kencing oleh adanya infestasi lalat fania canicularis (lalat rumah kecil) atau musca domstika. Infestasi ini dapat terjadi pada waktu seseorang sedang tidur tanpa penutup. Telur diletakkan lalat padabagian saluran kencing. Infestasi larva pada kantung kencing dapat menyebabkan kesakitan dan pembekakan. Pada akhirnya larva dikeluarkan melalui urine.
Miasis traumatik atau miasis kulit dapat terjadi bila lalat meetakkan telur pada luka yang sudah berbau dari seseorang yang tidak terurus atau yang tidak diobati. Telur-telur lalat menetas menjadi larva dan menginfestasi luka. Serangga lalat yang biasa menginfestasi luka adalah jenis-jenis calliphora spp., phaenicia spp., Lucilia sp., Phormia sp,.Cochiliomyia spp., dam Sarcophaga sp. (Harwood & James 1979; Service 1986). Kebanyakan bentuk miasis kulit atau traumatik terjadi pada hewan ternak seperti domba, sapi, dan hewan-hewan domestik lainnya.

2). Miasis Obligat
Miasis obligat adalah bentuk miasis yang utamanya terjadi pada hewan domestik karena diinfestasi oleh larva-larva lalat. Dalam hal ini larva lalat tersebut tidak dapat melangsungkan hidup bila tidak menginfestasi inang hidup untuk suatu periode tertentu (Service 1986). Bentuk miasis ini jarang ditemukan pada manusia . jenis-jenis lalat ini diantaranya meliputi nggota-anggota famili Calliphoridae, Sarcophagidae, Oestridae, Gastrophilidae, dan Cutetebridae. Ada sekitar 150 spesies dan famili Ostridae yang semuanya menyebabkan miasis, tetapi dari sekitar 1000 spesies Calliphoridae dan 2000 spesies Sarcophagidae, hanya sekitar 80 spesies yang dilaporkan menyebabkan miasis (CDC, 1998). Salah satu jenis lalat yang paling penting adalah Cochlimyia hominivotax yang merupakan miasis obligat pada manusia dan hewan di Amerika Serikat. Lalat ini juga yan menjadi penebab miasis saluran pernapasan (nasopharyngeal myiasis) pada manusia.
Di daerah tropis seperti afrika,india,indonesia,dan filipina terdapat sejenis lalat yang juga anggota famili Calliphoridae,yaitu Chrysomya bezziana yang merupakan miasis obligat pada hewan domestik seperti halnya C. hominivorax di amerika serikat. Telur lalat di letakkan pada bagian yang terluka dan sesudah udah hari menetes menjadi larva. Larva-larva ini masuk ke dalam luka. Selain itu ,terdapat juga jenis yang lain,yaitu larva Cordylobia anthropophagadan dermatobia hominis.
            Dari segi klinis ,Miasis manusia telah di klasifikasikan oleh Zumpt (1965) dan James (1947) sebagaimana di kutip oleh Oldroyd dan Smith (1973) sebagai berikut.
a.       Maggot  (larva Diptera) pengisap darah. Larva menempel pada kulit manusia dan mengisap darah. Contohnya adalah Auchmeronya luteola (Calliphoridae).
b.      Miasis kulit dan kulit dalam (Cutaneous). Larva  masuk kedalam kulit atau masuk melalui luka dan membentuk bisul atau borok pada tempat masuk (penestrasi ) atau di tempat lain. Contohnya adalah larva-larva Muscidae, Sarcophagidae, Calliphoridae, Hypodermatidae, dan Tachinidae.
c.       Miasis pada saluran pernapasan (nasopharyngeal). Infenstasi pada saluran pernapasan,sinus,biji mata dan kelopak mata . Larva-larva ini hidup memakan cairan mucus yang dapat mengakibatkan pelukaan pada dinding . Contohnya adalah sarcophagiedae, Calliphoridae, Cuterebridae, Gasterophillidae, Oestridae, Hypodermatidae, Phoridae, dan Muscidae.
d.      Miasis intestine (intestinal). Kategori ini termasuk larva yang beradaptasi dengan intestine sehinggah merupakan miasis Obligat dan bentuk–bentuk yang lain yang tertelan dalam makanan atau mengginfestasi intestine melalui rekrum. Jadi, merupakan miasis fakultatif. Contonya adalah Sarcophagidae, Calliphoridae, Muscidae, Phoridae, Tipulidae, Psychodidae, Anisopodidae,  Stratiomyidae, Syrphidae, dll.
e.       Miasis pada saliuran kencing (Urinogenital). Semua Untuk Miasis ini bersifat fakultatif. Contohnya adalah Muscidae,Sarcophagidae, Calliphoridae, Anisopodidae, dan Scnopodidae.
 Miasis yang terjadi Pada manusia kebanyakan bersifat insidental dan biasanya jarang di laporkan kepada dokter.di amerika serikat pada tahun 1984. CDC Devisi Penyakit Parasit mencatat adanya 24 kasus miasis dari 14 negara bagian. Sembilan di antaranya, larva di temukan pada kotoran manusia (Stool), 4 kasus merupakan miasis kulit (Cutaneous), 3 kasus pada anus (Aural), satu dalam saluran kencing (Urinary), 1 dalam saluran pernapasan ( nasopharengel), 6 dan pada lokasi-lokasi bagian tubuh yang lain (CDC ,1998).
Di Autralia, lalat yang pernah diisolasi dari manusia di temukan pada orang-orang yang pernah berpergian ke luar australia ,yaitu Dermatobia hominus, Cordylobia antropophaga, C. rodhaini, dan Cochliomyia hominivori (Department of Medical Entomology, Wesmead, NWS). Keempat jenis lalat ini tidak di temukan  di Australia, tetapi adanya kasus ini menunjukkan bahwa lalat-lalat ini dapat dengan mudah di transportasikan dari satu daerah atau benua yang lain.
Ada dua anggota dari sarcophagidae yang termasuk parasit obligat pada vertebrata yang dapat menginfestasikan manusia, yaitu Wahlfahrtia magnifica yang di kenal sebagai agen miasis manusia eropa timur,istrael,dan afrika utara dan W. Vigil yang di laporkan penyebab miasis pembengkakan (furuncular myisis) pada anak-anak di amerika utara (tetapi tidak di Eropa). Kedua spesies ini tidak dapat di gunakan sebagai terapi monggot (larva lalat) karena perkembangannya pada jaringan yang sehat . wohlfahrtia nuba telah di pergunakan untuk terapi luka ini menunjukan bahwa kemungkinan jenis saprofagus sarcophidae lainnya dapat dikembangkan untuk terapi larva lalat (NHS, 1998).
Kasus- kasus adanya larva yang di temukan di dalam kotoran manusia terutama anak-anak di sulawesi utara memang selalu ada , tetapi tidak mendapat perhatian khusus dari para dokter karena di anggap sebagai kasus yang insidental. Faktor kebersihan berperan sangat besar dalam menentukan dengan adanya miasis terutama miasis perut. biasanya miasis ini terjadi lantaran orang-orang menelan telur atau larva lalat secara tidak sengaja dengan memakan daging atau buah yang telah di infeksi oleh lalat.
Banyak jenis buah-buahan seperti mangga, nangka, belimbing, jambu air, dan jamnbu biji yang sangat peka terhadap infestasi larva lalat buah. Dapat di katakan, hampir semua jenis buah-buahan tersebut yang bila tidak di kendalikan dengan cara pembungkusan yang benar akng terserang lalat buah. Oleh karena itu, bukan sesuatu yang tidak mungkin kalau banyak oarang yang makan buah yang di dalamnya terdapat larva-larva lalat buah.






BAGIAN-BAGIAN TUBUH YANG DI TUMBUHI LARVA


PENGOBATAN MIASIS
Pengobatan 
  1. Pengobatan Myiasis yang perlu dilakukan antara lain :
  2. Bersihkan luka dengan antiseptik
  3. Keluarkan larva dari dalam luka dengan cara dicabuti, tetapi sebelumnya larva harus dibunuh dulu menggunakan insektisida seperti (Coumaphos, Diazinon, Ivermectin)
  4. Setelah larvanya habis dicabuti, berikan salep (Diazinon atau Coumaphos) 2% dalam vaselin dioleskan langsung disekitar borok atau semprotkan Gusanex untuk untuk mencegah infeksi ulang
  5. Untuk mencegah infeksi sekunder diberikan antibiotik seperti Penstrep atau Vet-Oxy
  6. Untuk mempercepat kesembuhan luka dapat diberikan minyak ikan.
Pengobatan bisa juga dilakukan secara tradisonal, dengan cara :
    • luka dari belatung
    • Obati dengan kapur barus atau tembakau yang telah di tumbuk halus
    • Luka dibungkus dengan kain / perban
    • Pada hari berikutnya luka di bersihkan, pengobatan diulang dan dibungkus kembali, biasanya 2 (dua) atau 3 (tiga) kali pengobataBersihkan n sudah menunjukkan kesembuhan
    • Bila belatung sudah terbasmi dapat diberikan Iodium tinctur atau Iodium Povidon pada luka untuk mempercepat kesembuhan.

Pengendalian MIASIS
Pengendalian Myiasis dapat dilakukan dengan cara :
  1. Terhadap Larva, dengan membersihkan luka-luka Myiasis kemudian di oleskan atau di balut dengan salap yang berisi insektisida
  2. Terhadap Lalat dewasa dapat dilakukan dengan menggunakan perangkap berisi umpan, penyebaran umpan beracun, insektisida, serta pembersihan tempat-tempat kerumunan lalat.
  3. Terhadap Caplak dapat dilakukan dengan membasmi caplak dengan menggunakan insektisida









DAFTAR PUSTAKA
Sembel, D. 2008. Entomologi kedokteran. Manado: ANDI Yogyakarta.
http://biologi-news.blogspot.com/2011/02/myasis.htm (Diakses pada tanggal 5 november 2014 pukul : 19:33)
http://klinikhewan.com (diakses pada tanggal 5 november 2014 pukul : 21:22)
ediawanonline.blogspot.com (Diakses pada tanggal 5 november 2014 pukul : 20:02)
http://klinikhewan.com (diakses pada tanggal 5 november 2014 pukul : 21.22)