Senin, 03 November 2014

Serangga yang Penting Bagi Kesehatan (Part III)

Serangga yang Penting Bagi Kesehatan


2.    Lalat
     Lalat merupakan salah satu vektor yang berdampak penting bagi kesehatan. pada umumnya lalat mengalami metamorfosis sempurna mulai dari tahap Telur - Larva - Pupa - Lalat Dewasa.
a.         Sand fly
Klasifikasi
Kelas         : Insecta
Ordo         : Diptera
Sub-Ordo  : Nematocera
Famili        : Psychodidae
Genus       : Phlebotomus
Spesies      : P. papatasii, P. longipalpis
 Morfologi
1)   Mempunyai bentuk badan yang langsing, bengkok
2)   Berwarna kuning tua dengan mata hitam mencolok
3)   Ukuran badan 1,5-3mm.
4)   Badan, sayap dan kaki berbulu lebat.
5)   Pada posisi resting berdiri tegak menyerupai huruf V.
6)   Mempunyai antena satu pasang yang berbulu lebat dan masing-masing antena terdapat 16 segmen.
7)   Bagian mulut mempunyai alat berupa pisau, fungsinya untuk memotong.
8)   Jantan memiliki Terminalia genital menonjol dikenal sebagai claspers.
9)   Betina memiliki sepasang recti anal.
 Siklus Hidup
1)  Fase telur 6-12 hari
2)  Fase larva 25-35 hari
3)  Fase pupa 6-14 hari.
4)  Telur sampai dewasa memerlukan waktu 5-9 minggu.
5)  Tempat perindukannya pada celah-celah yang gelap, lembab, dan dekat sampah yang mengandung nitrogen
 Dampak Terhadap Kesehatan
Merupakan vektor dari penyakit:
1)      Leishmaniasis disebabkan leishmania
2)      Sand fly fever (papataci fever) disebabkan virus
3)      Bartonelosis disebabkan Bartonella baciliformis

b.         Musca domestica
Klasifikasi
Kelas         : Insecta
Ordo         : Diptera
Sub-Ordo  : Athericera
Famili        : Muscidae
Genus       : Musca
Spesies      : Musca domestica
 Morfologi
1)       Lalat rumah dewasa tubuhnya berwarna kehitam-hitaman, abdomen kekuningan.
2)       Ukuran lalat mencapai 20-27 mm.
3)    Bentuk tubuh agak pipih dorso-ventral. Pada bagian kepala terdapat sepasang antena panjang dan dua mata yang besar dengan tipe mulut mengunyah. Bagian mulut terdiri dari tiga bagian yaitu:
a.    Rostrum
b.    Haustellum
c.    Labella (terdiri dari pseudotorache)
4)      Pronotum melapisi dasar tengkorak dan sayap.
5)        Sayap depan seperti kulit dan berwarna, sedangkan sayap belakang jernih seperti membran.
6)        Baik jantan maupun betina memiliki sersi besar dan bersegmen pada bagian atas abdomen.
7)      Lalat jantan dan betina dibedakan oleh bentuk dan ukuran segmen ujung abdomen, serta hewan jantan memiliki stylus dekat sersi
 Siklus Hidup
Dalam waktu 4-20 hari setelah muncul dari stadium larva, lalat betina sudah bisa mulai bertelur. Telur-telur putih, berbentuk oval dengan ukuran panjang ± 1 mm. Setiap kali bertelur diletakkan 75-150 telur. Seekor lalat biasanya diletakkkan dalam retak-retak dari medium pembiakan pada bagian-bagian yang tidak terkena sinar matahari. Pada suhu panas telur-telur ini menetas dalam waktu 12-24 jam dan larva-larva yang muncul masuk lebih jauh ke dalam medium sambil memakannya. Setelah 3-24 hari, biasanya 4-7 hari, larva-larva itu berubah menjadi pupa. Larvalarva akan mati pada suhu yang terlalu panas. Suhu yang disukai ± 30-3500C, tetapi pada waktu akan menjadi pupa mereka mencari tempat-tempat yang lebih dingin dan lebih kering.
Pupa berbentuk lonjong ± 7 mm panjang, dan berwarna merah coklat tua. Biasanya pupa terdapat pada pinggir medium yang kering atau di dalam tanah. Stadium pupa berlangsung 4-5 hari, bisa juga 3 hari pada suhu 350C atau beberapa minggu pada suhu rendah. Lalat dewasa keluar dari pupa, kalau perlu menembus keluar dari tanah, kemudian jalan-jalan sampai sayap-sayapnya berkembang, mengering dan mengeras. Ini terjadi dalam waktu 1 jam pada suhu panas sampai 15 jam untuk ia bisa terbang. Lalat dewasa bisa kawin setiap saat setelah ia bisa terbang dan bertelur dalam waktu 4-20 hari setelah keluar dari pupa. Jangka waktu minimum untuk satu siklus hidup lengkap 8 hari pada kondisi yang menguntungkan.
 Dampak Terhadap Kesehatan
Merupakan vektor mekanis terhadap bermacam-macam penyakit infeksi, seperti infeksi traktus digestivus (dientri, kolera, penyakit cacing)

c.     Lalat Tse-Tse
Klasifikasi
Kelas         : Insecta
Ordo         : Diptera
Famili        : Muscidae
Genus       : Glossina
Spesies      : G. morsitans, G. palpalis
 Morfologi
Berwarna kuning, tengguli atau hitam dengan ukuran 6-13 mm. Sikap sayap waktu istirahat saling menutupi seperti gunting. Proboscis yang horizontal, langsing, dengan pangkalnya yang membulat, duri-duri lengkung yang bercabang pada arista antena, yang terdiri dari 3 ruas. Sayap berwarna tengguli muda. G.palpalis berwarna tengguli kehitam-hitaman dengan gambaran pucat pada bagian abdomen. G.morsitans berwarna kelabu dengan garis lebar transversal pada abdomen ruas ketiga sampai keenam yang berwarna kuning jingga. Bagian mulut dari tipe labium merupakan penusuk dengan seluruh proboscis masuk ke dalam luka.
 Siklus Hidup
Berwarna kuning, tengguli atau hitam dengan ukuran 6-13 mm. Sikap sayap waktu istirahat saling menutupi seperti gunting. Proboscis yang horizontal, langsing, dengan pangkalnya yang membulat, duri-duri lengkung yang bercabang pada arista antena, yang terdiri dari 3 ruas. Sayap berwarna tengguli muda. G.palpalis berwarna tengguli kehitam-hitaman dengan gambaran pucat pada bagian abdomen. G.morsitans berwarna kelabu dengan garis lebar transversal pada abdomen ruas ketiga sampai keenam yang berwarna kuning jingga. Bagian mulut dari tipe labium merupakan penusuk dengan seluruh proboscis masuk ke dalam luka.
 Dampak Terhadap Kesehatan
Lalat Tse-tse merupakan vektor penting untuk Trypanosomiasis pada manusia dan hewan peliharaan. Paling sedikit tujuh spesies adalah vektor infeksi Trypanosoma pada hewan peliharaan.
1) Vektor Trypanosoma rhodesiense, penyebab trypanosomiasis, adalah G.morsitans, G.swynnertoni, dan G.pallidipes.
2)  Vektor utama T.gambiense, penyakit tidur Gambia, adalah dari golongan sungai G.palpalis fuscipes dan di daaerah-daerah tertentu G.tachinoides.
3.    Kutu
a.      Pediculus humanus
Klasifikasi
Kelas         : Insecta
Ordo         : Anoplura
Famili        : Pediculidae
Genus       : Pediculus
Spesies      : P. humanus capitis, P. humanus corporis

Morfologi
1)      Bilateral simetris, tidak bersayap
2)      Pada toraks terdapat spirakel di bagian dorsoventral tiga pasang
3)      Pada setiap segmen dari abdomen terdapat pleural plate dan abdominal spirakel (dorso lateral)

Siklus Hidup
1)      Mengalami metamorfosa tidak sempurna
2)      Telur àkutu mudaàkutu dewasa
3)      Kutu betina akan meletakkan telur sebanyak 6 telur/hari, umur hidup ± 1 bulan, melekat pada rambut/jaringan/serat kain, menetas dalam waktu ± 1 minggu
4)      Kutu muda (nymph) langsung menghisap darah beberapa jam setelah menetas, beberapa kali dalam sehari

Dampak Terhadap Kesehatan
Menyebabkan Pediculosis dengan gejala gatal-gatal dan merupakan vektor dari:
1)      Epidemic thypus, disebabkan Ricketsia prowazeki
2)      Trench fever, disebabkan Ricketsia quintana
3)      Relapsing fever, disebabkan Borrelia recurrentis
4)      Endemic thypus, disebabkan Ricketsia thypi

b.      Cimex lectularius
Klasifikasi
Kelas         : Insecta
Ordo         : Hemiptera
Famili        : Cimicidae
Genus       : Cimex
Spesies      : C. hemipterus, C. lectularius

Morfologi
1)      Bentuk badan oval, pipih dorsoventral, bersegmen terdiri atas kepala, toraks dan Abdomen
2)      Warna tengguli cokelat diliputi rambut-rambut pendek
3)      Sayap belakang tidak ada dan sayap depan rundimenter sebagai tonjolan pipih biasa
      4)      Cimex betina lebih besar dari jantan
      5)      hidup pada sela sela perabot, rumah tangga, kursi, tempat tidur.


Siklus Hidup
1)       Bertelur 1-5 butir sehari selama 2-10 bulan sampai seluruhnya diletakkan +200 telur. Telur-telur ini diletakkan pada kasur retak-retak pada tempat tidur, perabot, dinding dan langit langit rumah lalu diletakkan dengan semacam semen
2)       Dari telur menetas kutu busuk kecil yang kemudian tumbuh menjadi kutu busuk dewasa, sambil mengalami beberapa kali penukaran kulit.
3)       Seluruh siklus hidup kutu busuk berlangsung selama 18-56 hari.
4)       Setiap kali akan mengalami penukaran kulit kutu busuk itu harus menghisap darah.
5)        Kutu busuk dewasa bisa hidup selama 6 bulan- 1 tahun. Kutu busuk betina tahan hidup tanpa makan darah selama 1 tahun dan juga terhadap suhu rendah (OoC) untuk waktu yang lama.
6)       Kutu busuk biasanya hidup di tempat tidur, perabot, dinding-dinding dan langit-langit rumah dan kadang-kadang juga pada ternak \unggas.

Dampak Terhadap Kesehatan
Gigitan kutu busuk dapat menyebabkan benjolan merah yang gatal dan dapat mengalami urtikaria setempat (mungkin tampak sebagai gejala alergi dengan disertai urtikaria umum dan juga asma).

4.    Pinjal
Pinjal merupakan Serangga ektoparasit ini bersifat semiobligat atau temporer, karena tidak seluruh siklus hidupnya berada pada tubuh inangnya. Hanya tahap dewasa yang menghisap darah, oleh karena itu sering dikatakan sebagai ektoparasit penghisap darah yang eksklusif.
Pinjal mengalami metamorfosis sempurna, yang didahului dengan telur, larva, pupa kemudian dewasa. Pinjal betina akan meninggalkan inangnya untuk meletakkan telurnya pada tempat-tempat yang dekat dengan inangnya, seperti sarang tikus, celah-celah lantai atau karpet, di antara debu dan kotoran organik, atau kadang-kadang di antara bulu-bulu inangnya. Telurnya menetas dalam waktu 2–24 hari tergantung jenis pinjal dan kondisi lingkungan. Larva pinjal sangat aktif, makan berbagai jenis bahan organik di sekitarnya termasuk feses inangnya. Larvanya terdiri atas 3-4 instar (mengalami 2–3 kali pergantian kulit instar) dengan waktu berkisar antara 10–21 hari. Larva instar terakhir bisa mencapai panjang 4–10 mm, setelah itu berubah menjadi pupa yang terbungkus kokon. Kondisi pupa yang berada dalam kokon seperti itu merupakan upaya perlindungan terhadap sekelilingnya. Tahap dewasa akan keluar 7–14 hari setelah terbentunya pupa. Lamanya siklus hidup pinjal dari telur hingga dewasa berkisar antara 2–3 minggu pada kondisi lingkungan yang baik. Pinjal dewasa akan menghindari cahaya, dan akan tinggal di antara rambut-rambut inang, pada pakaian atau tempat tidur manusia. Baik pinjal betina maupun yang jantan keduanya menghisap darah beberapa kali pada siang atau malam hari. Gangguan utama yang ditimbulkan oleh pinjal adalah gigitannya yang mengiritasi kulit dan cukup mengganggu. Selain itu dalam dunia kesehatan, pinjal tikus Xenopsylla cheopis berperan sebagai vektor penyakit pes (sampar), yang disebabkan oleh Yersinia pestis dan Ricketssia typhi. Pinjal anjing dan kucing, Ctenocephalides canis dan C. felis berperan sebagai inang antara cacing pita Dipylidium caninum dan Hymenolepis diminuta. Pinjal C. canis dan C. felis juga merupakan inang antara cacing filaria Dipetalonema reconditum.

a.      Ctenocephalides canis
Klasifikasi
Kelas         : Insecta
Ordo         : Siphonaptera
Famili        : Pulicidae
Genus       : Ctenocephalidae
Spesies      : C. canis, C. felis

Morfologi
1)      Genalcomb; spina yang pertama lebih pendek daripada spina yang kedua
2)      Ada pronotal comb
3)      Bentuk kepala panjang tidak dua kali lebar (tidak gepeng)
 
Dampak Terhadap Kesehatan
1)      Lokal : tusukannya menyebabkan gatal
2)    Merupakan tuan rumah perantara dari cacing Diphyllidium caninum dan Hymenolepis diminuta

b.      Ctenocephalides felis

Morfologi
1)      Panjang kepala dua kali lebar (kepala agak menggepeng)
2)      Genal comb spina yang pertama panjangnya hampir sama dengan spina yang kedua
3)      Ada protonal comb.

Dampak Terhadap Kesehatan
1)      Lokal : tusukannya menyebabkan gatal
2)      Merpakan tuan rumah perantara dari cacing Diphyllidium caninum

c.       Xenopsylla cheopis
Klasifikasi
Kelas         : Insecta
Ordo         : Siphoneptera
Famili        : Pulicidae
Genus       : Xenopsylla
Spesies      : X. ceopis

Morfologi
1)      Kepala:
a.       Tidak ada genal maupun protontal comb
b.      Mempunyai satu rambut sikat di muka mata
c.       Mempunyai beberapa rambut sikat di belakang lekuk antena
2)      Antena : Bentuk spermatecha seperti coxa (menghadap kebelakang)
 
Dampak Terhadap Kesehatan
Merupakan vektor dari:
1)      Pasteurella pestis yang menyebabkan penyakit pes
2)      Ricketsia mooseri yang menyebabkan penyakit thypus exanthematicus endemis

 DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2008. Pengendalian Vektor Kutu (Lice) (Online) http://www.kuliah.ftsl.itp.ac.id/.../Pengendalian-kutu-dan-pinjal.pdf. Diakses pada 31 Oktober 2014
Hadi, U. 2011. Bioekologi Berbagai Jenis Serangga Pengganggu Pada Hewan Ternak di Indonesia dan Pengendaliannya (Online) http://www.upikke.staf.ipb.ac.id/.../Bioekologi-Berbagai-Jenis. Diakses pada 28 Oktober 2014
Irianto, K. 2009. Panduan Praktikum Parasitologi Dasar. Bandung: Yrama Widya
Mahajoeno. 2000. Toksisitas Ekstrak Tembakau Sisa Pabrik Rokok Terhadap Lalat Rumah (Musca domestica L.). Biosmart (Online) 2(2): 1-7, http://www.biosains.mipa.uns.ac.id/.../B020201.pdf. Diakses pada 28 Oktober 2014
Mulyanto, K. 2012. Famili Psychodidae (Online) http://www.itd.unair.ac.id/files/Famili%20Psychodidae.pdf. Diakses pada 1 November 2014
Mulyanto, K. 2012. Lalat Spesies yang Menjadi Vektor Mekanik (Online) http://www.itd.unair.ac.id/.../lalat%20Spesies%20yang... Diakses pada 28 Oktober 2014
Santi, D. 2004. Pemberantasan Arthropoda Yang Penting Dalam Hubungan dengan Kesehatan Masyarakat (Online) http://repository.usu.ac.id/bitstream/.../3674/1/Fkm-devi.pdf. Diakses pada 2 November 2014
Simamora, D. 2014. Fly (Blood Sucking & Non Blood Sucking) Myasis, Ordo Siphonoptera, Ordo Hemiptera & Ordo Orthopera (Online) http://www.fkuwks2012c.files.wordpress.com
Sutatnto, dkk. 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta: FKUI
Trisnadi,R. 2014. Kumbang Sagu (Rhynchophorus, sp) Penyebab Kematian Tanaman Kelapa. Artikel Disbunhut Kabupaten Probolinggo (Online) http://disbunhut.probolinggokab.go.id/.../Kumbang%20Sagu... Diakses pada 02 November 2014

Penulis:
Dwi Fitri Ayu L. Suntaka
Priska Mandey
Bryan Reppi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar